Apakah Autism Spectrum Disorder (ASD)/gangguan autisme/autis itu?

Autism Spectrum Disorder (ASD)/gangguan autisme/autis adalah suatu gangguan perkembangan anak yang bisa mempengaruhi perilaku, kognitif, emosi, dan interaksi sosialnya. Autism Spectrum Disorder (ASD) dikenal juga dengan gangguan neurodevelopmental atau gangguan perkembangan pervasive.

 

Bagaimana epidemiologi Autism Spectrum Disorder (ASD)/gangguan autisme itu?

Epidemiologi di USA (United States of America) adalah 1:100 kelahiran hidup di USA

Epidemiologi di Indonesia masih belum ada data pasti. Prevalensi di Indonesia diperkirakan Depkes sekitar 1,5% dari total populasi umum. Diperkirakan peningkatan jumlah anak ASD sekitar 15-20 per 10.000 anak dan masih akan terus bertambah, karena pengetahuan dan informasi semakin banyak, dari seminar, media sosial, buku, penyuluhan kesehatan), sehingga banyak orang tua membawa anaknya untuk didiagnosis.

 

Kapan gejala Autism Spectrum Disorder (ASD)/gangguan autisme ini dapat dideteksi? Dan apa saja gejalanya?

Gejala dapat dideteksi sebelum anak berusia 36 bulan atau 3 tahun.

Trias gejala utama:

1.Gangguan interaksi sosial timbal balik

  • Tidak ada komunikasi dua arah
  • Kontak mata sangat terbatas
  • Jika dipanggil tidak menoleh atau cuek, atau menoleh sebentar lalu melanjutkan aktivitasnya, asyik dengan dirinya sendiri
  • Menolak pelukan atau tidak respon saat dipeluk

2.Gangguan komunikasi verbal dan non verbal

Gangguan komunikasi verbal

  • Tidak mampu mengucapkan kata-kata/terlambat bicara dibandingkan anak seumurannya
  • Bisa berbicara dengan meniru/membeo, misalnya jika ditanya “sudah makan?”, maka akan ditirukan kembali dengan mengucapkan “sudah makan”

Gangguan komunikasi non verbal:

  • Tidak bisa mengekspresikan apa yang diinginkan
  • Tidak bisa menunjuk apa yang diinginkan

Akhirnya bisa menyebabkan anak menjadi temper tantrum (mengalami ledakan amarah)

3.Perilaku dan minat yang monoton, terbatas, dan stereotipik

  • Ada yang hiperaktif, ada yang hipoaktif
  • Ada gerakan tangan flapping, jalan jinjit, atau memegang sesuatu dengan diputar-putar dalam waktu lama
  • Senang dengan benda yang berputar, misalnya: senang memutar-mutar roda mainan mobil-mobilan
  • Tidak bisa berubah dengan aktivitas/ kaku terhadap rutinitas

Gejala Autism Spectrum Disorder (ASD)/gangguan autisme yang lain :

Hipersensitivitas/terlalu peka terhadap suara, cahaya, atau sentuhan, sehingga bisa menyebabkan anak menjadi temper tantrum (mengalami ledakan amarah).

Gejala Autism Spectrum Disorder (ASD) atau gangguan autisme

 

Gejala anak Autism Spectrum Disorder (ASD) atau gangguan autisme

 

Bagaimana cara mendiagnosis Autism Spectrum Disorder (ASD)/gangguan autisme itu?

1.Anamnesis dengan orang tua: trias ASD dan gejala penyerta lainnya, tumbuh kembang anak (mulai kehamilan ibu, persalinan, bayi, sampai datang berobat)

2.Diagnosis berdasarkan ICD 10 atau DSM IV atau DSM V

Diagnosis biasanya menggunakan ICD 10/PPDGJ 3/DSM IV.. Diagnosis yang terbaru dengan menggunakan DSM V..

Apakah beda diagnosis berdasarkan ICD 10/DSM IV dan DSM V itu?

Pada ICD 10/DSM IV, gangguan autisme ini dinamakan gangguan perkembangan pervasif (Pervasive Developmental Disorder) dan dibagi menjadi 5 subtipe:

1.Autistic’s Disorder

2.Asperger’s Disorder

3.Rett’s Disorder

4.Child Disintegrative Disorder

5. Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD-NOS)

Pada DSM V, gangguan autisme tidak dibagi lagi menjadi 5 subtipe, yang ada hanya Autism Spectrum Disorder (ASD)

 

Bagaimana cara mendeteksi dini Autism Spectrum Disorder (ASD)/gangguan autisme di layanan primer?

Dengan cara melakukan skrining dengan:

  • kuesioner CHAT (Checklist for Autism in Toddlers) untuk anak usia < 18 bulan

Bisa didownload di sini: Kuesioner CHAT

  • kuesioner M-CHAT (Modified Checklist for Autism in Toddlers) untuk anak usia 18-36 bulan

Bisa didownload di sini: Kuesioner M-CHAT

Kuesioner ini diisi oleh orang tua dan bisa menentukan ada atau tidaknya resiko Autism Spectrum Disorder (ASD)/gangguan autisme pada anak

Hanya 25 % kasus anak dengan gejala yang paling dini (umur kurang dari 3 tahun)  yang datang ke terapis. Sebagian besar datang ke terapis pada umur 4-5 tahun.

Ada banyak kasus Autism Spectrum Disorder (ASD)/gangguan autisme yang disertai dengan komorbid, seperti retardasi mental, epilepsi, dan cerebral palsy (CP).

 

Apa penyebab dan faktor risiko Autism Spectrum Disorder (ASD)/gangguan autisme itu?

Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui secara pasti.

Area Otak yang Banyak Terpengaruh pada Autism Spectrum Disorder (ASD) atau gangguan autisme

 

Faktor risiko yang memungkinkan anak menderita ASD:

  1. Faktor genetik:

Pada beberapa penelitian biomolekuler, didapatkan delesi kromosom 2,4,7,15,19 yang dapat menyebabkan perubahan struktur otak. Pada kembar monozigot 36-89 %, lebih banyak dibandingkan kembar dizigot 0,27 %

  1. Faktor lain selain genetik:
  • Usia ibu dan atau ayah > 40 tahun
  • Usaha abortus di usia kehamilan < 20 minggu
  • Mengalami infeksi virus selama kehamilan
  • Konsumsi obat-obatan yang tidak jelas selama kehamilan
  • Stres selama kehamilan
  • Faktor persalinan: ketuban pecah dini yang lama, lilitan tali pusat
  • Neonatus/bayi baru lahir-batita: mengalami kejang berulang, trauma kepala, penurunan kesadaran

 

Apakah tujuan tata laksana/terapi Autism Spectrum Disorder (ASD)/gangguan autisme itu?

  1. Mengurangi masalah perilaku dan emosi
  2. Meningkatkan kemampuan anak untuk belajar dan bahasa. Biasanya gangguannya bukan hanya bahasa dan komunikasi, tetapi juga motorik, sensorik, dan interaksi sosial
  3. Mampu bersosialisasi dan beradaptasi

 

Bagaimana tata laksana/terapi Autism Spectrum Disorder (ASD)/gangguan autisme itu?

Terapi anak Autism Spectrum Disorder (ASD) atau gangguan autisme

 

Harus melibatkan tim kerja terpadu: Dokter anak, psikiater/psikiater anak, psikolog, dokter umum dan spesialis (THT dan mata), ahli terapi wicara dan terapi okupasi.

Dokter umum untuk mendeteksi dini/skrining. Jika berhasil melakukan skrining Autism Spectrum Disorder (ASD)/gangguan autisme ini, segera dirujuk ke ahli untuk mendapatkan penanganan yang lebih lanjut.

Terapi yang dilakukan setelah dirujuk ke ahli:

  1. Farmakoterapi: diberikan untuk mengatasi temper tantrum, agresivitas, melukai diri, hiperaktivitas, dan stereotipik. (Drug of Choice: Aripripazole 2-5 mg/hari atau Risperidone 0,25-1 mg/hari). Terapi lain sesuai gangguan klinisnya
  1. Non farmakoterapi:
  • Terapi wicara
  • Terapi okupasi
  • Terapi sensorik integrasi
  • Terapi perilaku

Tergantung gejala klinis tiap anak, sehingga tidak harus semua terapi dilakukan

  1. Terapi penunjang yg lain:

a. Terapi dengan hewan: kuda, lumba-lumba, untuk latihan interaksi dan kontak mata dan memicu berbicara.

b.Terapi musik: membuat anak relaksasi

c.Terapi hiperbarik

d.Akupunktur: untuk yang dominan masalah sensorik dan motorik, misalnya pada sindroma down, cerebral palsy,dll.

e.Terapi biomedis: diet bebas gluten dan casein. Masih pro dan kontra karena anak sedang dalam proses tumbuh kembang.

Pembatasan pemberian makanan yang mengandung gandum, susu sapi, pewarna buatan, pemanis buatan, dan pengawet, dapat membuat gejala dapat berkurang jauh/perbaikan gejala.

 

Bagaimana pendidikan pada anak Autism Spectrum Disorder (ASD)/gangguan autisme itu?

Dapat bersekolah di sekolah umum, sekolah inklusi, sekolah khusus, tergantung pada intelektual anak (IQ anak), level ASD (ringan, sedang, dan berat), dan komorbid lainnya.

Bagaimana edukasi untuk orang tua yang mempunyai anak Autism Spectrum Disorder (ASD)/gangguan autisme itu?

  • Edukasi agar orang tua dapat memahami dan menerima kondisi anaknya
  • Menjelaskan bahwa penanganan anak Autism Spectrum Disorder (ASD)/gangguan autisme itu tidak bisa instan, perlu waktu dan kesabaran
  • Harus melibatkan orang tua sejak awal terapi, karena di tempat terapi hanya seminggu 2-3 kali, sehingga waktu anak di rumah lebih banyak dengan orang tua
  • Bermain sambil belajar dengan anak
  • Melakukan evaluasi setiap program yang telah dilakukan pada anak

 

Semoga penjelasan di atas bermanfaat ya..