Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, lebih dulu akan dibahas apakah itu COVID-19 dan SARS-CoV-2 itu?

COVID-19 (Coronavirus Disease 19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2), yaitu jenis coronavirus yang ditemukan di Wuhan, Cina, pada Desember 2019.

Jadi COVID-19 adalah nama penyakitnya dan SARS-CoV-2 adalah nama virus yang menyebabkan penyakit tersebut.

 

SARS-CoV-2 dan COVID-19

 

Lalu apakah itu pemeriksaan rapid test antibodi COVID-19 (Anti SARS-CoV-2 IgM & IgG) itu?

Antibodi COVID-19 adalah kekebalan tubuh yang terbentuk jika terinfeksi virus SARS-CoV-2. Pembentukan antibodi ini memerlukan waktu untuk terbentuk, pada umumnya 7 hari setelah terinfeksi.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya antibodi yang terbentuk akibat terinfeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19 tersebut.

Antibodi yang terbentuk ada 2 jenis, yaitu Ig M dan Ig G.

  • Ig M muncul pada hari ke-7 setelah terinfeksi, meningkat sampai hari ke-28, dan mulai menurun pada hari ke-42
  • Sedangkan Ig G muncul pada hari ke-10 setelah terinfeksi, meningkat sampai hari ke-49

Pemeriksaan ini dilakukan dengan sampel darah dan direkomendasikan untuk:

1.OTG (orang tanpa gejala) yang mempunyai riwayat kontak erat minimal 10 hari dengan kasus konfirmasi COVID-19/ penderita COVID-19

2. ODP (orang dalam pemantauan)

3. PDP (pasien dalam pengawasan)

Definisi OTG, ODP, dan PDP dapat dilihat di Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) dari Kementerian Kesehatan.

Silakan didownload: REV-04_Pedoman_P2_COVID-19_ 27 Maret2020_Tanpa TTD

 

Hasil pemeriksaan rapid test antibodi COVID-19 ini ada dua, yaitu:

  1. Non reaktif/ negatif
  2. Reaktif/ positif

 

Apakah artinya jika hasil pemeriksaan rapid test antibodi COVID-19 (Anti SARS-CoV-2 IgM & IgG) non reaktif/ negatif?

Artinya:

  • Tidak menyingkirkan kemungkinan terinfeksi SARS-CoV-2/menderita COVID-19, sehingga masih memiliki risiko untuk menularkan ke orang lain
  • Tidak / belum terinfeksi
  • Terinfeksi namun antibodi belum terbentuk (window periode)
  • Kadar antibodi di bawah level deteksi alat (antibodi sudah terbentuk, tapi masih sangat rendah)
  • Kondisi imunokompromais (kekebalan tubuh yang menurun sehingga kurang mampu membentuk antibodi, seperti penderita HIV/AIDS, penderita kanker dengan kemoterapi, penderita autoimun yang minum obat penekan kekebalan tubuh/imunosupresan,dll)

Saran:

  • Ulangi pemeriksaan rapid test antibodi 10 hari kemudian
  • Tetap menjaga social/physical distancing
  • Pertahankan perilaku hidup bersih dan sehat (cuci tangan, terapkan etika batuk, gunakan masker, menjaga stamina)

 

Mengapa jika hasil pemeriksaan ini non reaktif/negatif harus diulang 10 hari kemudian?

  • Karena antibodi memerlukan waktu untuk terbentuk, pada umumnya 7 hari setelah terinfeksi
  • Hasil non reaktif pada 7 hari pertama setelah terinfeksi belum tentu tidak terinfeksi karena sensitivitas deteksi antibodi pada 7 hari pertama cenderung rendah ( hanya 11,1 %– 38,3 %).

Sehingga perlu pemeriksaan ulangan 10 hari kemudian, dengan harapan jika memang terinfeksi, maka antibodi yang terbentuk kadarnya sudah tinggi dan bisa dideteksi oleh alat.

Jadi yang perlu ditekankan di sini adalah jika hasil pemeriksaan rapid test antibodi COVID-19 non reaktif/negatif, bukan berarti pasti tidak terinfeksi SARS-CoV-2/menderita COVID-19 ya, karena yang diperiksa ada atau tidaknya kekebalan tubuhnya, bukan ada atau tidaknya virusnya.

 

Lalu apakah artinya jika hasil pemeriksaan rapid test antibodi COVID-19 (Anti SARS-CoV-2 IgM & IgG) reaktif/positif?

Artinya:

  • Terinfeksi SARS-CoV-2/ menderita COVID 19
  • Kemungkinan reaksi silang dengan antibodi lain yang mirip (karena virus corona jenis lain dan virus lain yang strukturnya mirip)

Saran:

  • Pemeriksaan konfirmasi dengan pemeriksaan RT-PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut
  • Tetap lakukan isolasi diri

 

Apakah itu pemeriksaan RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction)?

RT-PCR adalah adalah pemeriksaan untuk mengetahui ada tidaknya virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 ini. Yang diperiksa adalah gen virusnya, sehingga jika hasilnya positif berarti memang mengkonfirmasi infeksi SARS-CoV-2 atau dengan kata lain menderita COVID-19.

 

Semoga penjelasan di atas bermanfaat ya..